Dua Remaja 16 Tahun di Omsk Terjerat Tuduhan Terorisme Setelah Rekrutmen Online, Mengakui Aksi Pembakaran di Pangkalan MiliterBaca juga: Pemulihan Berlanjut di Tengah Kehancuran di Carolina, Georgia, dan Negara Bagian LainnyaOmsk -- Rabu, 25 September 2024, Pengadilan di kota Omsk, Siberia, memutuskan untuk menahan dua remaja yang terlibat dalam pembakaran helikopter militer di sebuah pangkalan militer. Kedua remaja yang masing-masing berusia 16 tahun itu dituduh melakukan aksi terorisme setelah melemparkan bom molotov ke helikopter tersebut. Mereka menghadapi ancaman hukuman penjara hingga 20 tahun.
Baca juga: Liga Champions Eropa : Prediksi Slovan Bratislava vs Manchester CityKasus ini menambah deretan penangkapan serupa di Rusia sejak Moskow melancarkan invasi militer ke Ukraina pada Februari 2022, yang memicu meningkatnya serangan sabotase di situs-situs militer.
Rekrutmen Online dan Janji Uang Jadi Motif Utama
Menurut laporan saluran Baza Telegram, yang memiliki keterkaitan dengan penegakan hukum, kedua remaja ini mengaku direkrut melalui aplikasi perpesanan Telegram dan dijanjikan imbalan sebesar 20.000 dolar AS (setara Rp 309 juta). Dalam video yang beredar di media sosial, mereka mengakui aksi tersebut dilakukan setelah adanya tawaran uang dari pihak yang tidak dikenal.
Baca juga: Liga Champions Eropa : Prediksi PSV vs Sporting LisbonPengadilan Omsk pada Selasa (24/9) memerintahkan penahanan keduanya selama dua bulan sebelum persidangan dimulai. Jika terbukti bersalah, mereka akan menghadapi hukuman penjara maksimal 20 tahun atas dakwaan terorisme.
Kasus Serupa Terus Bermunculan di Siberia dan Wilayah Lain Rusia
Baca juga: Liga Champions Eropa : Prediksi Inter Milan vs Red StarIni bukan pertama kalinya remaja Rusia terlibat dalam aksi sabotase militer. Beberapa pekan lalu, dua anak sekolah berusia 13 dan 14 tahun di wilayah Tyumen, Siberia, ditangkap atas tuduhan membakar helikopter sipil. Sama seperti kasus di Omsk, mereka juga mengklaim direkrut secara online dan dijanjikan imbalan uang.Sejak dimulainya perang Ukraina, beberapa warga Rusia telah dijatuhi hukuman berat atas serangan pembakaran di kantor wajib militer dan sabotase infrastruktur seperti jalur kereta api. Pihak jaksa penuntut menuduh sebagian serangan ini dikoordinasikan oleh pihak Ukraina, sementara yang lainnya dianggap sebagai bentuk protes terhadap kebijakan perang Moskow.Tindakan-tindakan sabotase ini semakin menambah ketegangan di dalam negeri Rusia, terutama di tengah meningkatnya pembatasan kebebasan berpendapat dan protes terhadap invasi ke Ukraina. (Rey)
Bagikan: