6 Oct, 2024

Fenomena Ketindihan: Haruskah Khawatir?

Indofakta.com, 2024-09-21 05:25:20 WIB

Bagikan:

Sleep Paralysis: Kondisi Umum yang Sering Menimbulkan Kebingungan

Baca juga: Sereal Sebagai Menu Sarapan Anak: Sehat Atau Hanya Praktis? Ini Jawabannya, Moms!

Bandung -- Banyak orang pernah mengalami fenomena aneh di mana tubuh mereka tiba-tiba terasa lumpuh saat terbangun di malam hari. Sensasi ini dikenal sebagai sleep paralysis atau dalam bahasa awam sering disebut ketindihan. Meski tidak berbahaya, kondisi ini sering menimbulkan kebingungan dan kecemasan, terutama jika terjadi berulang kali. Lantas, apakah seseorang perlu memeriksakan diri ke dokter jika sering mengalami sleep paralysis?

Baca juga: Peran Orang Tua sebagai Cerminan Utama: Bagaimana Pola Asuh Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

dr Daniel Thomas Suryadisastra, SpN, RPSGT, seorang praktisi kesehatan tidur, menyatakan bahwa sleep paralysis umumnya bukanlah kondisi yang membutuhkan penanganan medis khusus. "Jarang ya ada yang periksa karena ketindihan, karena bisa sembuh sendiri," ungkapnya saat ditemui di Tangerang. Kebanyakan kasus ketindihan akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa saat. Meskipun begitu, kualitas tidur yang buruk sering kali menjadi faktor penyebab utama terjadinya sleep paralysis.

Apa yang Menyebabkan Sleep Paralysis Terjadi Berulang?

Baca juga: Polda Jabar Bertransformasi Dalam Bidang Kesehatan Secara Holistik Bagi Pegawai Negeri Pada Polri

Menurut dr Daniel, pola tidur yang tidak teratur dapat memicu terjadinya sleep paralysis. Gangguan tidur, stres, dan kualitas tidur yang buruk sering kali menjadi penyebab utama. "Kalau kualitas tidurnya baik, ketindihan akan hilang dengan sendirinya," jelasnya. Oleh karena itu, menjaga pola tidur yang teratur dan cukup merupakan kunci penting untuk mencegah terjadinya fenomena ini.

Pengalaman ini dibenarkan oleh Dewi (26), seorang perawat di Surabaya yang pernah mengalami ketindihan beberapa bulan yang lalu. Meskipun sempat terkejut dengan kondisinya, Dewi memilih untuk tidak memeriksakan diri ke dokter karena merasa kondisi tersebut tidak mengganggu keseharian dan akhirnya hilang dengan sendirinya. "Nggak periksa karena nggak mengganggu aktivitas dan kesehatan sehari-hari," ungkap Dewi saat dihubungi media.

Sleep Paralysis dan Mitos di Tengah Masyarakat

Baca juga: Rupiah Menguat 29 Poin terhadap Dolar AS: Tren Positif di Awal Jumat

Selain faktor medis, beberapa orang juga percaya bahwa sleep paralysis bisa dipicu oleh kepercayaan budaya atau mitos tertentu. Permata (25), seorang karyawan di Pekanbaru, misalnya, mengaitkan ketindihan yang dialaminya dengan waktu tidur yang kurang tepat. "Kebetulan dua kali ketindihan karena tidur di waktu maghrib, kan kata orang dulu emang nggak boleh ya," jelas Permata, mengacu pada keyakinan bahwa tidur di waktu-waktu tertentu bisa membawa dampak buruk.

Meski begitu, dr Daniel menekankan bahwa sleep paralysis pada dasarnya adalah fenomena biologis yang bisa dijelaskan secara ilmiah. Penyebab utamanya terkait dengan gangguan pada fase Rapid Eye Movement (REM) saat tidur, di mana otot-otot tubuh mengalami kelumpuhan sementara untuk mencegah kita 'menjalankan' mimpi. Jika seseorang terbangun tiba-tiba saat tubuh masih berada dalam fase ini, mereka bisa mengalami sleep paralysis.

Tips Mencegah Sleep Paralysis

Untuk mengurangi risiko mengalami sleep paralysis, dr Daniel menyarankan untuk memperbaiki pola tidur. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga kualitas tidur:

  1. Jaga pola tidur yang teratur: Usahakan tidur dan bangun pada jam yang sama setiap hari, termasuk di akhir pekan.
  2. Hindari tidur di waktu-waktu tertentu: Beberapa orang lebih rentan mengalami sleep paralysis jika mereka tidur di siang hari atau menjelang malam.
  3. Kurangi stres dan kecemasan: Stres yang berlebihan dapat memengaruhi kualitas tidur dan meningkatkan risiko mengalami ketindihan.
  4. Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman: Pastikan tempat tidur nyaman dan bebas dari gangguan cahaya atau suara yang bisa mengganggu tidur.
Meskipun sleep paralysis mungkin tampak menakutkan, dr Daniel meyakinkan bahwa kondisi ini tidak memerlukan penanganan medis serius. Yang terpenting adalah menjaga pola tidur yang sehat dan tidak perlu panik jika mengalami ketindihan. Jika sleep paralysis sering terjadi dan mengganggu aktivitas sehari-hari, barulah diperlukan konsultasi dengan dokter untuk menilai kemungkinan adanya gangguan tidur lainnya.

Sleep paralysis adalah salah satu contoh bagaimana perilaku tidur dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Dengan memperbaiki kualitas tidur, seseorang bisa mengurangi risiko mengalami sleep paralysis dan menjaga tubuh serta pikiran tetap sehat.(Rey)

Bagikan:

© 2024 Copyright: Indofakta Online