14 Sep, 2024

Paus Fransiskus Memulai Kunjungan Bersejarah ke Indonesia: Membangun Jembatan Dialog Antara Umat Beragama

Indofakta.com, 2024-09-03 21:55:42 WIB

Bagikan:

Mengapa Pemimpin Gereja Katolik Dunia Memilih Indonesia, Negara dengan Populasi Muslim Terbesar, Sebagai Titik Awal Rangkaian Lawatan Internasionalnya?

Baca juga: Pembukaan Serah Terima Penelitian dan Magang Taruna TK IV angkatan 56/Batalyon Presisi di Polda Jabar

Jakarta -- Paus Fransiskus memulai kunjungan pentingnya ke Indonesia pada Selasa (03/09). Lawatan ini menjadi sorotan internasional karena Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, yang juga dikenal memiliki keberagaman agama yang hidup berdampingan secara harmonis. Dalam lawatan ini, Paus Fransiskus tidak hanya bertujuan mempererat hubungan dengan umat Katolik Indonesia, tetapi juga mempromosikan dialog antaragama yang damai dan saling pengertian, terutama antara Islam dan Kristen.

Tujuan Kunjungan: Membangun Relasi dengan Negara-Negara Mayoritas Muslim

Baca juga: Bupati Samosir Panen Bawang Merah Dengan Kelompok Tani Bersama

Profesor studi Katolik dari Case Western Reserve University, Jonathan Tan, menjelaskan bahwa kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia adalah bagian dari strategi Vatikan untuk meredam ketegangan historis antara Islam dan Kristen. Tan menekankan bahwa Paus Fransiskus berupaya membuka jalan baru dalam hubungan antaragama yang lebih inklusif dan tidak defensif.

Baca juga: KPU RI: 41 Daerah Hadapi Kotak Kosong pada Pilkada 2024, Pemilu Ulang Jika Kotak Kosong Menang

"Saya rasa karena sejak lama, ada ketegangan dan kesalahpahaman sepanjang sejarahnya. Paus ingin membuka jalan hubungan yang baru, yang tidak defensif," ujar Jonathan.

Baca juga: RHS Ukir Sejarah Baru Bangun Stadion Mini Pertama di Kabupaten Simalungun

Senada dengan itu, Uskup Agung Jakarta, Ignatius Suharyo, menambahkan bahwa Paus Fransiskus secara khusus ingin mempelajari Islam di Indonesia, yang menurutnya berbeda dengan Islam di Timur Tengah. Menurut Ignatius, keinginan Vatikan untuk memahami karakteristik Islam di Indonesia menjadi salah satu alasan utama mengapa negara ini dipilih sebagai titik awal tur terpanjang Paus Fransiskus selama masa kepemimpinannya.

Agenda Paus di Indonesia: Pertemuan dengan Tokoh Agama dan Dialog Antaragama

Setelah tiba di Jakarta dengan menggunakan pesawat komersial ITA Airways, Paus Fransiskus dijadwalkan bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada Rabu, 4 September. Pertemuan ini diharapkan menjadi momen penting dalam memperkuat hubungan antara Indonesia dan Vatikan.

Selanjutnya, pada 5 September, Paus Fransiskus akan mengikuti dialog antaragama di Masjid Istiqlal, Jakarta, dan memimpin misa akbar di Stadion Gelora Bung Karno, yang diperkirakan akan dihadiri oleh 80.000 orang. Kunjungan ini menunjukkan komitmen Paus dalam mempromosikan kerukunan umat beragama dan mendorong dialog yang konstruktif antara agama-agama besar di dunia.

Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura: Melanjutkan Misi Perdamaian

Setelah menyelesaikan kunjungannya di Indonesia pada 6 September, Paus Fransiskus akan melanjutkan perjalanan ke Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura. Negara-negara ini dipilih bukan hanya karena peran penting mereka dalam konteks regional, tetapi juga untuk menegaskan pentingnya perdamaian dan persaudaraan antarumat beragama di kawasan Asia-Pasifik.

Meskipun Papua Nugini dan Timor Leste memiliki mayoritas penduduk Kristen/Katolik, sedangkan Singapura didominasi oleh penganut Buddha, kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia—negara dengan populasi Muslim terbesar—menggarisbawahi upayanya untuk menjalin hubungan yang lebih baik antara umat Muslim dan Kristen di dunia.

Mengapa Indonesia?

Jonathan Tan menilai bahwa pilihan Indonesia sebagai negara pertama yang dikunjungi dalam rangkaian tur Paus Fransiskus bukan hanya karena populasi Muslimnya yang besar. Keunikan situasi hidup beragama di Indonesia, seperti prinsip Pancasila yang menjunjung tinggi keberagaman, menjadi daya tarik tersendiri bagi Vatikan. Tan menekankan bahwa hubungan harmonis antara Islam dan agama lainnya di Indonesia menjadi contoh yang patut dipelajari dan diapresiasi oleh dunia.

Tanggapan Organisasi Islam Indonesia: Sambutan Positif dan Harapan Besar

Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, memberikan sambutan hangat atas kunjungan Paus Fransiskus. Dalam pernyataan persnya, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyoroti keteladanan Paus Fransiskus yang memilih menggunakan pesawat komersial dan tidak menginap di hotel berbintang. Sementara itu, Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, berharap bahwa kunjungan ini dapat semakin meneguhkan kerukunan di antara warga bangsa Indonesia dan memperkuat persaudaraan kemanusiaan global.

Kebebasan Beragama di Indonesia: Tantangan yang Masih Ada

Meski ada tantangan dalam kebebasan beragama di Indonesia, seperti penolakan pembangunan rumah ibadah dan diskriminasi terhadap penganut kepercayaan, Paus Fransiskus diperkirakan akan mengambil pendekatan yang halus dan konstruktif dalam menanggapi isu-isu ini. Paus Fransiskus, melalui Dokumen Persaudaraan Manusia yang ia tanda tangani di Abu Dhabi pada 2019, telah menegaskan komitmennya untuk mempromosikan hubungan yang lebih baik dan sehat antara umat beragama.

Penandatanganan Deklarasi Bersama Istiqlal 2024: Meneguhkan Kerukunan Umat Beragama untuk Kemanusiaan

Dalam lawatannya ke Indonesia, Paus Fransiskus juga akan menandatangani Deklarasi Bersama Istiqlal 2024 bersama Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar. Deklarasi ini diharapkan menjadi simbol kuat dari komitmen Indonesia dan Vatikan dalam mempromosikan kerukunan umat beragama dan perdamaian dunia.

Dengan kunjungan ini, diharapkan Indonesia dapat menjadi agen perubahan di Asia Tenggara dan Asia Pasifik dalam mempromosikan persaudaraan kemanusiaan dan kerukunan antarumat beragama. (Az)

Bagikan:

© 2024 Copyright: Indofakta Online