14 Sep, 2024

Korintus, Kota Surga Bercinta di Yunani Kuno

Indofakta.com, 2024-04-03 14:15:58 WIB

Bagikan:

Yunani -- Kota Korintus di Yunani kuno tidak hanya terkenal di seluruh pelosok dunia pada zaman dahulu karena kekayaannya dan suasana kosmopolitannya. Kota ini terkenal dengan moralnya yang sangat bebas, kebebasan seksual para warga dan pengunjungnya, dan apa yang disebut sebagai tabiat berdosa masyarakatnya.

Baca juga: In Memoriam: Faisal Basri dan Nyanyian Suara Kritis

Sebagai salah satu pusat perdagangan terbesar dan termakmur di Mediterania, Korintus menarik banyak orang selama berabad-abad dari berbagai kalangan. Bukti arkeologis memberikan wawasan menarik tentang aspek budaya Korintus yang kurang dikenal ini yang terus membuat para ahli penasaran.

Baca juga: Peluang dan Tantangan Bursa Kerja Khusus Di Era Global

Menurut sumber-sumber kuno, Kuil Aphrodite yang berada di puncak bukit Acrocorinth di Korintus terkenal dengan dugaan praktik prostitusi suci. Ahli geografi Yunani, Strabo, yang menulis karyanya pada awal abad ke-1 Masehi, menyatakan bahwa kuil tersebut mempekerjakan sekitar seribu 'hierodouloi', yaitu para budak kuil, yang melayani sebagai wanita penghibur yang dipersembahkan untuk dewi cinta, Aphrodite. Para wanita, yang dipersembahkan baik oleh pria maupun wanita ke kuil, akan terlibat dalam ritual seksual dengan pengunjung sebagai bentuk pengabdian religius. Hal ini sangat kontras dengan definisi prostitusi saat ini. Inilah sebabnya mengapa jasa mereka membawa kekayaan besar bagi kota Korintus dan merupakan sesuatu yang membuat kota ini menjadi bangga dan bukannya malu.

Baca juga: Pentingnya Forum RW Wujudkan Pilkada 2024 Aman dan Damai

Reputasi Korintus sebagai pusat prostitusi suci begitu meluas di dunia Yunani kuno sehingga frasa Yunani "Tidak semua orang bisa berlayar ke Korintus" menjadi pepatah yang populer. Pepatah ini menyiratkan bahwa tidak semua orang mampu membayar layanan mahal dari pekerja prostitusi kuil, karena itu bukanlah hal yang paling memungkinkan untuk dilakukan di Korintus kuno.

Baca juga: FBN Jabar dan Prawita GENPPARI Kerjasama Donor Darah Peringati Hari Kemerdekaan RI

Alat peraga keagamaan berbentuk alat kelamin pria dan wanita telah digali dari wilayah Korintus yang lebih luas selama berabad-abad. Hal ini memberikan petunjuk bahwa kuil yang penting ini mungkin juga merupakan tempat penyembuhan bagi mereka yang menderita penyakit seksual atau masalah kesuburan. Sama seperti dewa lainnya, orang-orang yang memiliki masalah seperti itu akan mempersembahkan sesajen kepada Aphrodite, dengan harapan dia akan menyembuhkan mereka.

Namun, meskipun ada banyak catatan dari para penulis kuno, belum ada bukti arkeologis yang pasti yang ditemukan untuk mengkonfirmasi keberadaan prostitusi suci di Kuil Aphrodite di Korintus yang memang benar adanya.

Banyak sarjana modern bahkan mempertanyakan kebenaran klaim yang dibuat oleh Strabo dan penulis kuno lainnya. Para ahli ini berpendapat bahwa catatan-catatan tersebut mungkin telah memasukkan hal-hal yang berlebihan atau salah tafsir tentang praktik-praktik ritual lain yang akhirnya disalahartikan sebagai prostitusi suci.

Bagaimanapun, kuil itu sendiri berukuran cukup kecil, dan sangat tidak mungkin untuk menampung seribu wanita penghibur seperti yang digambarkan.

Meskipun gagasan tentang kuil besar yang dipenuhi dengan para wanita penghibur suci telah menangkap imajinasi para cendekiawan dan arkeolog selama berabad-abad, penting untuk mendekati topik ini dengan hati-hati dan tetap mengacu pada bukti arkeologis yang ada.

Pekerjaan arkeologi lebih lanjut dan penyelidikan di situs Acrocorinth suatu hari nanti mungkin akan memberikan lebih banyak penjelasan tentang aspek mempesona dari kehidupan religius di Korintus kuno ini, tetapi sampai saat itu tiba, kita harus bersikap hati-hati.

Apa yang jelas terbukti dengan bukti arkeologis adalah bahwa Korintus pada zaman kuno terkenal dengan tembikarnya. Tembikar itu diekspor secara luas ke seluruh penjuru Yunani. Banyak dari vas dan bejana ini berhiaskan adegan erotis, beberapa di antaranya masih bertahan hingga hari ini. Beberapa di antaranya mencerminkan keterbukaan kota ini terhadap seksualitas dan tidak adanya batasan-batasan seperti yang berlaku saat ini.

Sebuah cermin perunggu yang ditemukan di Korintus beberapa tahun yang lalu juga menampilkan citra seksual yang eksplisit, membuktikan bahwa kota ini memiliki batas-batas etika yang lebih longgar dibandingkan dengan kota-kota lain pada masa itu. Patung-patung dan karya seni yang ditemukan di kota ini merayakan bentuk manusia dengan segala sensualitasnya. Semua bukti ini menunjukkan bahwa budaya Korintus kuno jauh lebih liberal dalam hal seksual. Hal ini terutama jika dibandingkan dengan kota-kota Yunani kuno lainnya yang berjarak beberapa ratus mil jauhnya, seperti Sparta.

Di jantung kota kuno Korintus terdapat agora, pusat pasar dan pusat pemerintahan masyarakat Yunani yang ramai. Lorong-lorong berliku di sekitar agora Korintus dipenuhi dengan kedai minuman dan penginapan. Banyak di antaranya yang kemungkinan besar merangkap sebagai rumah bordil, menawarkan layanan kepada para pelanggannya. Agora yang luas yang digali oleh para arkeolog beberapa dekade sebelumnya hampir pasti juga merupakan pusat utama dari kegiatan ini. Faktanya, perdagangan seks adalah bagian penting dari ekonomi Korintus itu sendiri, dan kota ini memperoleh ketenaran dan kekayaan yang besar darinya.


Bukti paling konkret tentang amoralitas kota ini berasal dari Perjanjian Baru. Selama abad ke-1 Masehi, Rasul Paulus menghabiskan banyak waktu di Korintus untuk mendirikan gereja Kristen yang pertama. Namun, seperti yang sudah diduga, cara hidup orang Korintus yang liberal membuatnya terkejut. Dalam 1 Korintus 6:9-11, Paulus membuat daftar dosa-dosa yang menjadi pergumulan jemaat Korintus.

Menurut Paulus, yang paling penting dan menantang adalah amoralitas seksual masyarakat Korintus. Paulus juga mencatat bahwa beberapa anggota jemaat Kristen sebelumnya pernah melakukan amoralitas seksual, termasuk orang-orang seperti pezinah dan pelacur. Surat-surat Paulus sangat jelas menunjukkan bahwa ia sangat terkejut dengan kurangnya etika seksual di antara jemaat Korintus. Inilah sebabnya mengapa ia berusaha untuk mengubah reputasi Korintus yang penuh dosa, dan memanggil orang-orang Kristen untuk mematuhi standar moral yang baru dan lebih tinggi sesuai dengan ajaran-ajaran Kristen perdana.

Bukti arkeologi dari daerah yang lebih luas memberikan gambaran yang jelas tentang budaya liberal yang beretika di Korintus kuno. Hal ini juga menunjukkan peran sentral yang dimainkan oleh hubungan intim dalam masyarakat dan ekonominya. Meskipun beberapa bukti, seperti teori prostitusi di seluruh kuil, masih belum meyakinkan, karya seni erotis yang kaya di kota ini dan tulisan-tulisan orang Kristen perdana seperti Paulus menunjukkan bahwa Korintus memang merupakan tempat yang sangat terkenal dengan amoralitas seksualnya.

Pada akhirnya, reputasi dosa dan kejahatan inilah yang menyebabkan kecaman keras dari para pemimpin Kristen perdana yang berusaha membangun kerangka etika baru bagi para pengikut mereka dan Gereja Kristen yang baru saja didirikan.(Why/gr)

Sumber:https://greekreporter.com/2024/04/03/corinth-sex-ancient-greece/

Bagikan:

© 2024 Copyright: Indofakta Online